Berbagi Pengetahuan, Rumkit Bhayangkara Sosialisasi Penanganan Kejang Demam Pada Anak

    Berbagi Pengetahuan, Rumkit Bhayangkara Sosialisasi Penanganan Kejang Demam Pada Anak

    PALANGKA RAYA - Kejang demam atau step biasanya terjadi pada anak usia enam bulan hingga lima tahun karena kenaikan suhu mulai dari 38 derajat. Penyebab kejang demam yang paling sering adalah infeksi virus atau bakteri. Selain infeksi, kejang demam juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan sebanyak 80%.

    Hal ini disampaikan oleh dr. Hasanah saat mengisi program Sharing Sassion Rumah Sakit (Rumkit) Bhayangkara Tingkat III Palngka Raya usia pelaksanaan apel pagi kepada personel bertempat di halaman Paviliun Presisi RS. Bhayangkara Jalan H. Ikap No. 03 Kota Palangka Raya, Kamis (25/2/2021) pagi.

    dr. Hasanah menjelasakan, gejala kejang demam terbagi menjadi dua macam, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Pada kejang demam sederhana, kejang demam biasanya berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam. Sedangkan kejang demam kompleks, biasanya kejang demam terjadi lebih dari 15 menit dan bisa berulang satu kali, dan terulang dalam 24 jam.

    Antara kejang pertama dan susulan pada kejang demam kompleks, akan ada fase dimana anak tidak sadar. Karena saat kondisi kejang, oksigen di otak mulai berkurang, sehingga resiko mulut anak menjadi biru, kuku terlihat pucat putih atau biru.

    Pada kesempatan tersebut, Dokter Umum Rumkit Bhayangkara Palangka Raya itu juga mengingatkan orang tua saat menangani kejang demam pada anak.

    “Pertama tidak boleh panik dan tetap tenang, jangan berikan baju panjang atau sweater pada anak, gantikan dengan baju yang pendek, dan jangan sampai mengganggu area leher atau area pernafasan, ” pesan dr. Hasanah.

    dr. Hasanah juga menganjurkan saat anak mengalami kejang demam, posisikan anak dalam posisi  miring kiri atau kanan dengan tujuan agar tidak menghalangi jalan napas dan agar anak tidak tersedak saat anak muntah atau keluar lendir.

    “Kalau lidahnya kegigit jangan sibuk mencari sendok, yang ada gigi anak rusak, lidah dan area mulut trauma atau terluka. Tidak boleh dicongkel, , jelas dr.Yuliani.

    Gigi tergigit merupakan resiko kejang, saat kejang berhenti gigitan juga akan berhenti. Menyongkel mulut anak hanya akan menyebabkan resiko gigi patah pada anak. Penanganan yang dapat dilakukan orang tua saat anak mengalami kejang demam, ukur suhu tubuhnya. Apabila suhu tinggi sudah lebih dari 4 jam, dapat diberikan paracetamol.

    “Saat kejang demam, anak jangan sampai ditinggal, harus ada yang mengawasi. Kompres dengan air hangat, buka baju anak, skin to skin dengan ibu, dan yang paling utama harus punya obat anti kejang demam di rumah, ” tutupnya.

    Palangka Raya
    Indra Gunawan

    Indra Gunawan

    Artikel Sebelumnya

    Reaksi Cepat Ditlantas Polda Kalteng Urai...

    Artikel Berikutnya

    Brigpol Rochim Lakukan Pemeliharaan dan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Main-Main dengan Hukum? Waspada, 'Vigilante Virtual' Tak Pernah Tidur!
    Jurika Fratiwi Ajak Presiden Percepat capaian Kesetaraan Gender Wujud Komitmen Bersama PBB
    Hendri Kampai: Kenaikan PPN Jadi 12%, Bukti Kemacetan Berpikir dalam Kebijakan Fiskal Indonesia
    Hendri Kampai: Selamat Hari Ibu, Harga Barang Naik Sudah Menunggu di Tahun Baru
    Hendri Kampai: PPN Naik, PPh Dibiarkan, Beban Rakyat Kecil Bertambah, yang Kaya Tetap Nyaman

    Ikuti Kami